Impor Ilegal Masih Marak
JAVANEWS.TV I BANDUNG,-Para pengusaha tekstil di Jawa Barat mengeluhkan adanya import illegal yang masih terjadi, seperti masuknya produk baju bekas sehingga membuat perusahaan perusahaan tekstil sulit menjual produknya di pasar lokal sebab harga barang-barang import yang lebih murah.
Keluhan tersebut disampaikan saat pertemuan antara Ketua Apindo Jabar dengan para pengusaha Jabar yang terdiri atas pengusaha tekstil, alas kaki, batu bara, Farmasi dan lainnya
Pertemuan tersebut bertujuan untuk konsolidasi serta silaturahmi mengingat banyak hal yang sedang terjadi dan masih mungkin terjadi beberapa waktu ke depan mengingat kondisi global yang kurang baik belakangan ini.
Dalam pertemuan tersebut, pengusaha tekstil juga mengeluhkan biaya untuk penyempurnan kain hanya 30% nya dari batubara. Sedangkan saat ini harga batu bara sedang terdampak dan naik dikarenakan kondisi geopolitik dan perekonomian global.
Selain itu, para pengusaha mempertanyakan tidak adanya pembatasan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk sektor tekstil, sedangkan untuk sektor semen dan pupuk sudah diterapkan adanya HBA nya sebesar 90 USD/Ton. Tingginya harga batubara untuk tekstil yang saat ini mencapai 2 kali lipat jika dibanding HBA semen dan pupuk tersebut sangat memberatkan para pengusaha textile.
"Mereka meminta Apindo untuk mendiskusikan dengan berbagai pihak agar ada pengaturan HBA serta Domestic Market Obligation (DMO) untuk batubara sektor tekstil,"kata Ketua APINDO Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik kepada wartawan di Bandung, Selasa (1/11/2022)
Ning menyebutkan dari sektor tekstil, pengusaha juga menyampaikan keluhan adanya kesulitan bertahan karena pasar lokal yang biasa menjadi tempat mereka menjual telah didominasi oleh maraknya import baju baju bekas.
Apalagi dengan turunnya permintaan customer hingga 50% ditahun mendatang, pengusaha textile mendesak adanya upaya yang harus dilakukan Apindo untuk mencegah hal tersebut terjadi berlarut larut sehingga textile akan semakin terpuruk di Bandung, yang dulu merupakan tempat mereka bertumbuh subur dan berkembang pesat.
Terkait hal ini, Ketua Apindo Jabar akan mengumpulkan data-data dan mempelajari terlebih dahulu untuk dilakukan evaluasi dan kajian sebelum diserahkan kepada Kementrian Perdagangan RI untuk mencari solusi lebih jauh.
Ketua Apindo juga meyakini perlunya pemahaman serta campur tangan dari pemerintah dalam mengatasi hal ini dengan memberlakukan safe guard sehingga keberlangsungan dunia usaha bidang pertextilan akan terus terjaga.
"Kita juga menyampaikan akan berkoordinasi dengan API dalam menyelesaikan hal tersebut,"ujarnya
Selain itu, pengusaha juga menanyakan terkait upah. Beratnya situasi yang dihadapi oleh para pengusaha apalagi sektor padat karya, karena di sektor ini beban upah sangat signifikan, berbeda dengan sektor padat modal.
Oleh karenanya, pengusaha memohon supaya Apindo mendiskusikan hal terkait upah padat karya untuk dibedakan dengan industri lain karena beratnya beban yang harus ditanggung oleh pengusaha.
Apindo Jabar sangat memahami keadaannya dan akan mengumpulkan data-data untuk membuat kajian dan evaluasi yang lebih komprehensif, serta mendiskusikannya kembali di internal pengusaha sebelum menyampaikan dan mendiskusikannya lebih jauh dengan pemerintah.
Pengusaha juga menyinggung tentang ketakutan adanya kenaikan Stuktur dan Skala Upah (SUSU) yang pada tahun lalu besarannya ditentukan oleh pemerintah dan itu memberatkan pengusaha.
Saya yakin situasi investasi dan dunia usaha sangat sedang tidak baik-baik saja dengan order yang tiba tiba berkurang 50% di tahun depan untuk sepatu, dan garment, sehingga pengusaha sedang ada pada serious survival game,"ungkapnya
"Dengan kondisi demikian, saya sakin Pak Gubernur Jawa Barat tidak akan gegabah dan tidak akan mengambil langkah-langkah yang semakin melemahkan dunia usaha dan menambah jumlah pengangguran,"sambungnya
Ning mengungkapkan selain sektor tekstil, pengusaha sepatu juga mengeluhkan adanya pengurangan order sampai 50% sementara mereka tidak mempunyai karyawan kontrak. Jadi ketika order turun 50% mereka menjadi dilema apakah harus melakukan PHK karyawan sebanyak itu untuk kemudian bila kondisi sudah membaik mereka akan merekrut ulang.
Namun jika harus merekrut ulang mereka harus melakukan training ulang, dan membutuhkan biaya juga tidak sedikit. Sementara itu, di sisi lain jika tidak dilakukan PHK maka akan menjadi beban untuk perusahaan, dan ketidakpastian situasi ini hingga kapan berlangsung, menjadi kekhawatiran tersendiri untuk para pengusaha.
Menanggapi hal itu, Ning mengatakan mereka bisa menerapkan sistem pengurangan jam kerja dengan membayar upah sesuai jam kerja tersebut. Dengan demikian akan menjadi solusi terbaik untuk pengusaha supaya tidak melakukan PHK dan ke depannya bisa merekrut ulang ketika situasi membaik. Sedangkan, untuk pekerja, juga beruntung karena tidak di PHK meskipun penghasilan berkurang.
Dalam pertemuan tersebut, para pengusaha juga menanyakan bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada tahun 2023. Untuk itu, Ketua Apindo Jabar menyampaikan berdasarkan masukan dari para pengusaha tadi terkait order dipangkas hingga setengah kapasitas oleh buyer, maka tentu saja akan ada guncangan dalam stabilitas industri khususnya padat karya.
Namun, ia mengimbau kepada para pengusaha untuk mampu menggali ide dan gagasan tentang solusi terbaik yang paling sesuai dengan bidang industri masingmasing, sebisa mungkin menghindari PHK lebih jauh, mungkin dengan selang seling hari masuk, mengurangi jam kerja dan sebagainya.
Seperti diketahui, dari bulan Januari 2022 Pertengahan Oktober 2022 Apindo telah mencatat terjadinya PHK sebanyak 73 ribu karyawan. Hal tersebut belum termasuk angka dari perusahaan yang tidak tergabung dalam Apindo.
Sementara BPJS sendiri telah mencatat adanya ratusan ribu pekerja yang telah mengajukan klaim Jaminan Hari Tua (JHT), sedangakan JHT 100% adalah untuk karyawan yang telah resign atau terkena PHK. Apindo akan mengkonfirmasi ulang ke BPJS terkait data tersebut.
"Angka PHK tersebut dikhawatirkan akan terus naik, karena terjadinya pengurangan order baik di textile, garment, maupun sepatu di tahun depan,"katanya
Ning kembali menegaskan bahwa pengusaha harus tetap optimis, namun tidak lupa tetap mawas diri dan realistis.
"Pengusaha juga harus mampu melahirkan ide- ide serta membangun flexibilitas sehingga mampu bertahan dalam menghadapi guncangan ekonomi dari waktu ke waktu,"pungkasnya
Penulis/Pewarta: Rahmat
Editor: Rahmat
©2022 JAVANEWS.TV