Pekerja Indonesia Tak Puas soal Upah
JAVANEWS.TV I BANDUNG,- GajiGesa, platform kesehatan finansial dan benefit karyawan terkemuka yang menyediakan Earned Wage Access (EWA) di Indonesia dan Asia Tenggara dan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) baru-baru ini melakukan survei tentang peluang EWA di Indonesia.
Survei mengungkapkan bahwa hampir 35% pekerja dewasa di Indonesia tidak puas dengan upah mereka saat ini dan merasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka. Selain itu, ketidakpuasan mereka juga dipengaruhi oleh kenaikan harga barang yang tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan secara bertahap.
Melihat kembali data International Labour Organization (ILO) pada tahun 2019, pendapatan tenaga kerja Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sebagai perbandingan, rata-rata pekerja di Indonesia berpenghasilan USD 385 atau setara dengan Rp 5 juta per bulan, sedangkan orang Malaysia berpenghasilan sekitar Rp 18 juta per bulan.
Selain itu, pendapatan rata-rata pekerja Indonesia yang rendah mendorong permintaan pinjaman yang tinggi, dengan 60% pekerja aktif berhutang. Faktanya, Findex Global Bank Dunia melaporkan tahun lalu bahwa hanya 14% pekerja dewasa Indonesia yang memiliki akses ke bank, sementara sisanya harus bergantung pada pemberi pinjaman informal - menjebak mereka dalam lingkaran setan di bawah kondisi predator.
Dengan pendapatan pekerja Indonesia yang relatif rendah, kemampuan mereka untuk menyisihkan dana untuk keadaan darurat juga mengkhawatirkan. Hanya 32,75% dari mereka yang mampu memiliki dana cadangan setidaknya untuk tujuh hari ke depan jelas Izzudin Al Farras Adha, Peneliti Center of Digital Economy and SME, INDEF kepada wartawan secara daring, Kamis (3/3/2023)
Menurutnya, sekitar 52,9% pekerja mengalami kesulitan keuangan pada akhir bulan, sementara 19% mulai kekurangan uang tunai di tengah bulan, dan 2,8% di awal bulan.
"Kebutuhan akan solusi keuangan yang lebih inklusif untuk meningkatkan kesehatan keuangan jangka panjang sudah sangat jelas dan penting,"tegasnya
Untuk itu, GajiGesa, sebagai pelopor EWA di Indonesia, telah mendorong upaya untuk mewujudkan ketahanan dan keamanan finansial pekerja di setiap tempat kerja.
Founder & CEO GajiGesa, Vidit Agrawal mengatakan GajiGesa bertekad menjadikan Earned Wage Access sebagai landasan layanan keuangan inklusif di Indonesia. Hasil survei jelas menyampaikan bahwa karyawan dan pemberi kerja menginginkan jalan tengah bersama berupa akses tarik gaji sesuai permintaan.
Solusi ini bisa memberikan kontrol keuangan lebih besar serta meningkatkan keamanan finansial dan produktivitas karyawan dari waktu ke waktu, katanya
Platform EWA atau akses gaji instan, seperti GajiGesa, bisa membantu bisnis untuk mengoptimalkan arus kas perusahaan secara lebih baik, meningkatkan produktivitas karyawan, serta melindungi karyawan dari pemberi pinjaman informal atau rentenir, ungkapnya
Selain itu, survei menunjukkan bahwa 91,4% responden yang sudah menggunakan EWA setuju bahwa gaji mereka terasa lebih mencukupi dan 33,13% dari mereka tidak lagi mengalami kekurangan uang tunai sejak saat itu. Sedangkan, sebagian besar responden yang masih memiliki utang adalah mereka yang belum menggunakan sistem EWA dan 35,14% mengaku tidak mampu memenuhi kebutuhannya jika ada pengeluaran mendesak atau mendadak.
Karyawan tidak memerlukan beban mental di luar pekerjaan saat bekerja, terutama perihal uang. Earned Wage Access atau akses gaji fleksibel berpotensi mengurangi tekanan finansial secara signifikan dan meningkatkan kesehatan finansial bagi jutaan karyawan Indonesia, jelasnya
Vidit menambahkan, pada Oktober 2022, GajiGesa menjadi perusahaan pertama di APAC yang meluncurkan Earned Wage Access melalui WhatsApp, sekaligus memperluas akses keuangan yang lebih bijak ke puluhan juta karyawan.
"Saat ini, perusahaan ini telah bermitra dengan hampir 350 perusahaan dan melayani lebih dari 750.000 karyawan di seluruh Indonesia,"pungkasnya
Penulis/Pewarta: Rahmat
Editor: Rahmat
©2023 JAVANEWS.TV