PERAN PEMASARAN SEKOLAH

231107135158-peran.jpg

()

Menerapkan strategi pemasaran yang efektif sangat penting agar sekolah tetap relevan dan kompetitif. Rencana pemasaran dibangun berdasarkan satu hal yaitu skenario strategi pemasaran yang dapat ditindaklanjuti. Untuk itu pasar dan pengguna jasa yang membentuk pasar sebaiknya menjadi titik awal dari formulasi strategi sebuah sekolah. Esensi dari pemasaran adalah keadaan pikiran prospek pasar.

Pemasaran mengintegrasikan stakeholder terutama pengguna jasa sejak awal kedalam seperangkat rancangan produk “dagangan” kurikulum dan merancang proses secara sistematis untuk interaksi yang akan menciptakan substansi dalam hubungan tersebut. Pemasaran sekolah saat ini mengarah pada suatu cara menjalankan sekolah. Pemasaran harus meresap, dan menjadi bagian dari uraian kerja setiap guru dan karyawan/ staf dalam sekolah.

Masa dimana sekolah hanya mengandalkan reputasi dan promosi word of mouth telah berlalu karena orang tua kekinian lebih paham teknologi dan menggunakan internet untuk mendukung pengambilan keputusan mereka. Sekolah yang tidak secara aktif memasarkan dirinya ditakdirkan untuk diabaikan oleh banyak orang tua milenial yang akan sangat tertarik dengan apa yang mereka tawarkan.

Di era digitalisasi ekonomi saat ini pasar potensial dan aktual sebuah sekolah semakin menginginkan preferential treatment. Penggiat sekolah tidak hanya harus mengkustomisasi penawarannya tapi juga musti mempersonalisasi preferensi siswanya. Inilah kuncinya. Penggiat sekolah dituntut untuk terus me-maintain brand sekolahnya karena akan memberikan value lebih tinggi tidak sekedar hanya mengembangkan aset fisiknya.

Titik awal titik berangkat semua arsitektur strategi pemasaran dimulai dari target pasarnya dengan bantuan alat segmenting, targeting dan positioning. Tugas kepala sekolah atau yayasan adalah “seeking the greatest undertanding of your customer”. Memahami value demografi pengguna jasa utama sebuah sekolah akan menentukan bagaimana sekolah akan men-deliver value sesuai dengan harapan keluarga dan siswa yang semakin variatif, rumit dan canggih serta semakin menguatnya daya beli mereka.

Understanding your customer is a starting point for profitable growth. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu menyelaraskan strategi pemasarannya untuk menarik demografi target pengguna jasa sekolahnya agar mengungguli pesaing (superior value).

Sekolah yang ingin membangun rencana pemasaran yang solid harus mempunyai landasan pemasaran yang terpadu, komprehensif dan kokoh. Ancangan dasar spirit orang tua - siswa adalah motivasi ingin mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dari sebuah sekolah. Rasa senang, pengalaman indah dan suasana kebatinan yang diekspektasikan tersebut hanya dapat terwujud bila seluruh mata rantai pendidikan sekolah berjalan mulus sesuai dengan harapan para orang tua dan siswa.

Tujuan pendidikan adalah "changing behaviour", merubah sikap perilaku, menjadi manusia berkualitas yang mandiri, produktif, memiliki jiwa enterpreneurship, dan bertaqwa kepada penciptanya, bukan hanya membuat pintar menguasai ilmu yang dipilihnya. Agar dapat merubah sikap perilaku siswa menjadi manusia berkualitas perlu dibangun kesepahaman dan kepedulian serta sinergitas, aliansi dan kolaborasi diantara pemangku kebijakan sekolah baik yayasan, kepala sekolah dan semua elemen organisasi sekolah.

Diperlukan harmonisasi orkestrasi skenario kebijakan semua bidang yang dipimpin oleh kepala sekolah atau pimpinan yayasan pendidikan sebagai dirijennya untuk memastikan bahwa sekolah mampu menyatukan semua kekuatan untuk pengembangan pendidikan sekolahnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

Kepala sekolah adalah pengambil kebijakan dalam berbagai aspek termasuk strategi pemasaran. Perannya sangatlah strategis. Pemahamannya akan ruang lingkup pemasaran sangatlah penting dalam memilih strategi dan merancang program pemasaran, memotivasi seluruh elemen sekolah untuk terlibat dalam pemasaran, dan membuat sistem kompensasi yang mendorong setiap komponen yang berkinerja pemasaran. Kiranya tidak berlebihan, sebelum menerapkan semua aspek manajemen fungsional pemasaran maka lihat dulu kompetensi dan komitmen kepala sekolahnya.

Mau tidak mau, kepala sekolah adalah figurehead, secara langsung, visual, jadi raw model bagi "pengguna jasa pendidikannya”. Pemangku kebijakan diharapkan memiliki kapabilitas untuk mengelola hardware (bangunan fisik, fasilitas, aksesibilitas, dan lain-lain) dan software-nya (visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, kegiatan), merancang secara detail tujuan instruksional umum dan khusus pada mata pelajaran apa yang diberikan, hingga ekstra kurikuler tambahan untuk memperkuat kognitif, afektif dan psikomotorik untuk mencapai tujuan tersebut, plus sederetan fasilitator guru yang mumpuni.

Kiranya inilah yang sangat penting, bahwa kepala sekolah atau yayasan harus dapat meyakinkan calon pengguna jasa (inisiator/ decider: orang tua murid dan calon siswanya), bahwa dengan hardware dan software yang dimiliki sekolahnya, akan mampu merubah sikap perilaku anak didiknya. Nah, kalau kepala sekolah nya tidak kredibel dan capable baik dari "tampak luar" (hardware) dan "dalamnya" (software), maka bersiaplah untuk kaget, sekolahnya tidak laku. Untuk itu perlu inisiasi kepala sekolah atau yayasan untuk mengikat guru dan karyawan/ staf untuk membangun komitmen pemasaran mereka, karena komitmen adalah kata kunci kinerja pemasaran seluruh elemen dalam organisasi untuk memperoleh keunggulan kompetitif sekolahnya.

(Penulis : Yudhi Koesworodjati, Dosen Tetap Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan dan pemerhati pemasaran pendidikan).

.

Penulis/Pewarta:
Editor: Agus Hermawan
©2023 JAVANEWS.TV

TAGS:

Komentar